Jumat, 03 Juni 2011

WASIORRR??????

BAB I
PEMBAHASAN

Gambaran Umum






Wilayah Kabupaten Teluk Wondama memiliki luas 14.953,8 km2 yang sebagian besar berada di dataran pulau Papua Barat. Ada 5 gunung di Kabupaten Teluk Wondama, gunung tertinggi bernama Gunung Wondiboi dengan ketinggian mencapai 2.340 km dari permukaan laut. Sebagai daerah tropis sebagaimana daerah lain di Indonesia, wilayah Kabupaten Teluk Wondama mempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah hingga pegunungan yang berbatasan dengan kabupaten lain.
1.      Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Teluk Wondama meruapakan suatu kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Manokwari, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 diperoleh batas-batas administrasi sebagai berikiut ini :
a.       Sebelah Utara :Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari dan Teluk Cendrawasih
b.      Sebelah Selatan:Distrik Yaur Kabupaten Nabire
c.       Sebelah Barat:Distrik Kuri dan Idoor Kabupaten Teluk Bintuni;
d.      Sebelah Timur:Distrik Yaur Kabupaten Nabire.
Sejak awal tahun 2005 kabupaten Teluk Wondama terdiri dari 7 pemerintahan Distrik dan 56 pemerintahan Kampung Dalam perkembangan selanjutnya, terutama pada tahun 2008, untuk meningkatkan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam rangka mendekatkan pemerintahan di tengah-tengah rakyat, maka dibentuklah 6 (enam) pemerintahan Distrik dan 3 pemerintahan Kampung. Dengan demikian, sejak tahun 2008, Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari 13 (tiga belas) Distrik dengan jumlah Pemerintahan Kampung sebanyak 75 (tujuh puluh lima) dan 1 (satu) pemerintahan Kelurahan. Adapun kerincian pembagiannya sebagai berikut:
No
Nama Distrik
Luas
Jumlah Kelurahan
1
Naikere (Wosimo)
1.772,2
6
2
Wondiboy (Wondiboy)
233,1
4
3
Rasiey (Rasiey)
1.041,0
9
4
Kuri Wamesa (Nanimori)
678,0
6
5
Wasior (Wasior I)
1.158,2
10
6
Teluk Duari (Aisandami)
1.152,0
4
7
Roon (Yende)
1.890,0
6
8
Windesi (Windesi)
594,0
5
9
Nikiwar (Werabur)
476,1
5
10
Wamesa (Sabubar)
792,0
5
11
Roswar (Yomber)
1.099,0
4
12
Rumberpon (Yembekiri I)
2.984,2
7
13
Rumberpon (Yembekiri I)
1.081,0
3

2.      Kondisi Topografi
Kabupaten Teluk Wondama secara garis besar mempunyai bentuk permukaan yang bervariasi, mulai dari dataran rendah, berbukit sampai bergunung. Sebagian besar wilayahnya berbentuk bukit dan gunung, sedangkan dataran rendah dominan terletak di daerah pesisir pantai. Ketinggian permukaan tanah berkisar 0 – 2.239 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan bentuk permukaan paling tinggi yaitu puncak Pegunungan Wandamen (Wondiboi). Status pegunungan ini merupakan cagar alam yang luasnya sekitar 73.002 ha. Dataran pegunungan ini termasuk dalam wilayah Distrik Wasior yang membujur ke sebelah Utara membentuk semenanjung.
Selain itu terdapat beberapa gunung lain, yaitu Gunung Waropen dengan ketinggian 0 – 541 m dpl dan Gunung Waisa 0 – 957 m dpl yang terdapat di Kawasan Wasior serta Gunung Wamiaru 0 – 865 m dpl dan Gunung Tasubar 0 – 868 m dpl yang terdapat di Kawasan Windesi, wilaah kabupaten Teluk Wondama berdasarkan ketinggian tempat dapat diklasifikasikan sebagai berikut
a.       Ketinggian 0-100 m diatas permukaan laut, Merupakan dataram rendah yang sebagian besar berada diareal pesisir pantai
b.      Ketinggian 100-1000 m diatas permukaan laut, Kawasan ini merupakan kawasan perbukitan yang hampir terdapat di seluruh wilayah distrik dalam wilayah Kabupaten Teluk Wondama.
c.       Ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut, Wilayah dengan ketinggian ini merupakan dataran tinggi pegunungan seperti pegunungan Wondiboy
3.      Kondisi Iklim
Wilayah Kabupaten Teluk Wondama dipengaruhi oleh iklim tropis basah yang bercirikan curah hujan tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun, sehingga tidak terdapat pergantian musim yang jelas. Iklim di Kabupaten Teluk Wondama ini sesuai dengan letak geografinya yakni iklim hutan tropika basah dengan suhu udara berkisar antara 22,9– 33 C.
Curah hujan wilayah ini berkisar antara 1400–4900 mm/th. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari mencapai 412 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Desember mencapai 162 mm. Jumlah hari hujan berkisar antara 144 – 312 hari/tahun. Hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei mencapai 26 hari, sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan Maret dan Agustus mencapai 12 hari.
4.      Penggunaan Lahan
Secara garis besar penggunaan lahan di Wilayah Kabupaten Teluk Wondama sebagaimana kabupaten-kabupaten di Wilayah Provinsi Papua lainnya, masih didominasi oleh penggunaan lahan hutan sebesar 86,20% dari total luas wilayahnya. Adapun penggunaan lahan Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari pemukiman/pekarangan, ladang/ tegalan, semak belukar, hutan, rawa dan jalan.
Penggunaan lahan pemukiman di Kabupaten Teluk Wondama secara garis besar terkonsentrasi di pusat-pusat pertumbuhan seperti di Wasior dan Windesi yang berada di sekitar pesisir pantai. Adapun luas pemukimannya sekitar 19.253 ha, termasuk luas pekarangan atau lahan usaha (pertanian). Sedangkan untuk luas jalan hanya 0,04% dari luas lahan secara keseluruhan. Pola penggunaan lahan pada dasarnya merupakan gambaran sejauh mana aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya lahan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan sosial ekonominya.
Analisis Penyebab Bencana Banjir Wasior
Kota Wasior, Teluk Mondama, Papua Barat telah mengalami banjir bandang pada tanggal 4 Oktober 2010. Kebnayakan orang pasti berpendapat bahwa bencana ini terjadi akibat aktivitas pembalakan liar (illegal logging). Namun kita tidak boleh langsung berasumsi penyebab utamanya adalah penebangan liar, adapun beberapa paramater yang bisa dijadikan pertimbangan dari bencana banjir tersebut seperti :
a.       Kemiringan Lereng
Dari gambaran umum Kabupaten Teluk Wondama memiliki permukaan yang bervariasi, sebagian besar permukaan ini didominasi oleh perbukitan. Selain itu juga terdapat pegunungan ang menjulang tinggi dengan kemiringan hingga lebih dari 1000 m diatas permukaan laut, berikut ini merupakan klasifikasi kemiringan lereng
1.      Menurut ASDAK
Menurut ASDAK sistem klasiikasi kemiringan lereng dibedakan menjadi 5, yaitu :
1.      0-8 %               = datar
2.      8-15 %             = landai
3.      15-25%                        = agak curam
4.      25-45%                        = curam
5.      .> 45                + sangat curam            
2.      Menurut Sitanala Arsyad
Menurut nya klasifikasi kemiringan lerengdapat dibagi menjadi 7 bagian, antara lain
1.      0-3 %               = datar
2.      3-8 %               = landai
3.      8-15%              = agak miring
4.      15-30%                        = miring
5.      30-45%                        = agak curam
6.      45-65%                        = curam
7.      .> 65                + sangat curam
Adapun pengaruh kemiringan lereng terhadap potensi bencana yang terjadi padat ahun 2010 lalu dapat  dilihat melalui citra satelit sebagai berikut :









Gambar Kemiringan Lereng Citra Satelit
Berdasarkan citra di Google Earth di atas kita ketahui bahwa nilai jarak mendatarnya adalah 7,67 Km dan beda tingginya 1964 meter Berdasarkan data tersebut dapat kita dapat menarik kesimpulan bahwa kemiringan lereng di Wasior adalah (1964/7670) x 100% = 25,6 % atau 56,89 derajat, maka dalam klasifikasi menurut ASDAK dan Sitanala Arsyad wasior merupakan kawasan yang termasuk dalam kategori sangat rawan terhadap bencana longsor karena lerengnya yang curam.
b.      Tekstur Tanah
Teluk Wondaman secara morfologis DAS Manggurai di Wasior dibagi menjadi dua bentuklahan utama yaitu lereng perbukitan struktural dan langsung berbatasan dengan dataran alluvial pantai, Wasior pada dasarnya dataran alluvial yang terbentuk dari proses sedimantasi maka logikanya daerah yang terbentuk atas sedimentasi akan rentan terhadap banjir pula, sebuah daerah yang terbentuk dari sedimentasi atau tepatnya delta akan mudah tergerus jika terdapat intensitas air yang melebihi kekuatan daya tampung tanah, hal ini menyebabkan di dataran alluvial pantai secara morfologis memiliki peluang kejadian banjir tinggi.

c.       Tutupan Lahan (Vegetasi)
Permasalahan terbesar yang sering kali di jadikan alasan bencana yang ada di teluk Wasior adalah kasus vegetasi penutup lahan yang semakin berkurang, berkurangnya vegetasi penutup lahan yang dapat diidentifikasikan dari citra satelit dibawah ini.






Gambar Perbandingan Tutupan Vegetasi

Berdasarkan  citra tersebut dapat dibandingkan porsi daerah yang  gundul dengan daerah yang masih banyak ditutupi vegetasi, pada gambar tersebut daerah yang ang gundul terlihat pada poligon yang berwarna putih. Meskipun tidak melihat langsung ke lokasi terjadinya bencana tapi potensi vegetasi juga bisa di masukkan menjadi parameter penyebab terjadinya banjir.
d.      Pengaruh Iklim
Faktor utamanya adalah curah hujan dengan intensitas tinggi, serta adanya bendung alami yang terbentuk dari longsor tebing sungai yang membawa material lumpur, batu dan pohon-pohon  besar menutupi badan sungai, Akibat akumulasi curah hujan sehingga bendung tersebut tidak kuat menahan dan akhirnya tergerus, maka terjadilah banjir bandang


Secara endogen yang terjadi wilayah ini  dipengaruhi adanya tektonisme yang telah terkena tenaga dari luar (eksogen, dari sudut pandang geomorfologi), wilayah ini merupakan suatu kipas alluvial yang menandakan bahwa adanya aliran sediment dari daerah hulu ke daerah hilir yang secara otomatis sediment tersebut dibawa oleh tenaga air, sehingga kemungkinan banjir yang aa pada wilayah ini merupakan banjir bandang yang mempunyai system periodik. Banjir periodic ini terjadi karena adanya karakteristik dari DAS yang mempunyai bottle neck dimana air siap untuk meluncur ketika kondisi sudah dalam keadaan jenuh. Apabila benar merupakan suatu banjir bandang periodik maka kemungkinan dapat terjadi benjir yang serupa puluhan tahun yang akan datang dan inilah kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ditinjau dari sudut pandang faktor fisik tidak faktor lingkungan.
KESIMPULAN

Berdasarkan penyusunan makalah ini dapat ditarik beberapa asumsi bahwa penyebab bencana alam banjir yang berada di Wasior meliputi :
1.      Akibat dari kemiringan lereng yang terlalu curam hingga mencapai 55 %.
2.      Tekstur tanah yang berasal dari proses sedimentasi sehingga rentan terhadap banjir.
3.      Semkin berkurangnya vegetasi penutup akibat dari penebangan liar.
4.      Pengaruh iklim karena terlalu lebatnya hujan yang turun sebelum bencana terjadi.


















DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar