Selasa, 31 Mei 2011

PRAKTIKUM PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA

       I.            TUJUAN
1.      Mahasiswa dapat mengetahui struktur, litologi, proses dan ciri bentuk lahan asal genesis.
2.      Mahasiswa dapat membuat penampang melintang berdasarkan peta topografi / peta kontur tersebut.

    II.            ALAT  DAN  BAHAN
1.      Peta topografi / kontur
2.      Perlengkapan alat tulis-menulis
3.      Kertas kalkir

 III.            DASAR TEORI
Salah satu kunci pokok dalam mempelajari Geomorfologi adalah “ Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan dengan evolusi yang sederhana”. Hal ini dapat diketahui bahwa proses yang bekerja pada suatu kenampakan di bumi saat ini tidak hanya bekerja dalam satu proses, akan tetapi telah banyak mengalami proses yang banyak, bervariasi maupun berulang-ulang yang pada akhirnya akan membentuk kenampakan yang komplek seiring dengan berjalannya waktu.
Dalam hal ini struktur geologi dan litologi mempunyai peranan yang penting dalam analisis geomorfogi, karena dapat diketahui proses-proses yang telah terjadi baik yang bersifat kontruksional maupun destruksional.

PENDEKATAN
Beberapa kenampakan peta topografi yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan penafsiran adalah :
1.      Pola aliran
1.      LITOLOGI, STRUKTUR,i kenama geoeomorfoloPraktikum Geomorfologi Kuantitatif. UPN. Yogyakarta.
1.      secara rinciahan tersebut serta pr
Arthur D. Howard telah mengklasifikasikan pola aliran sungai dalam beberapa kategori yaiti pola dasar, modifikasi pola dasar dan gabungan modifikasi pola dasar. Dengan demikian setiap pola mencerminkan struktur dan proses yang mengontrolnya. Telah dikenal 8 pola dasar aliran sungai  yaitu :
1.      Dendritik
      Pola berbentuk cabang / mendaun ini umumnya terbentuk pada lapisan mendatar sedimen – sedimen yang satu jenis, atau batuan yang mempunyai resistensi yang sama. Bentuk pola ini menyerupai pelebaran bentuk silang pohon dak atau beringin.
clip_image002[9]
Pola aliran Dendritik

2.      Paralel
      Pola yang berbentuk sejajar ini umumnya terbentuk pada daerah dengan kemiringan umum lereng menengah sampai terjal, atau pada singkapan batuan yang lebar dan sejajar, serta miring.
clip_image002

Pola aliran Paralel

3.      Trelis
      Pola berbentuk pagar ini terbentuk pada daerah batuan sedimen yang miring /   sibentuk menyudut seperti pada pola trelisa sungai ikatakan radial karena daerahnya berbentuk kerucut yaitu gunung Lawterlipat / pada daerah batuan sedimen yang terubah. Dapat juga pada daerah dengan patahan dan kekar yang saling tegak lurus ataupada daerah          dengan berbukit – bukit sejajar.
clip_image002[7]
Pola aliran Trelis
4.      Rektangular
      Pola berbentuk menyudut ini hampir sama dengan trellis, hanya jumlah sungai yang lebih sedikit / orde sungai sedikit.
clip_image002[11]
Pola aliran Rectangular
5.      Radial
clip_image002[5]
Pola berbentuk memencar ini muncul pada daerah dengan bentuk berhubungan atau berbentuk kerucut, sabagai umum pada daerah gunung api.

6.      Anular
      Pola  berbentuk  cincin  ini terletak di daerah  sekitar  bumbungan   (kubah) terutama bila terdapat perselingkuhan batuan yang lunak dan keras, sehingga sungai trutama sungai utama mengalir sejajar arah lapisan, anak sungai, searah dengan kemiringan lapisan.
clip_image002[13]
Pola aliran Anular

7.      Multibasinal
      Pola dengan banyak cekungan ( pasu ) ini muncul pada basement berbagai variasi dari kondisi geologinya. Dapat terjadi pada daerah dengan banyak cekungan akibat pelarutan ,atau daerah gunungapi sekarang. Atau pada daerah dengan cekungan yang belum diketemukan sebab-sebabnya.
clip_image002[11]
Pola aliran Multibassin

8.      Kontorted
      Pola ini muncul pada daerah dengan struktur geologi yang komplek. Umumnya berasosiasi dengan batuan metamorfose kompleks dengan lipatan yang intensif, patahan, intrusi, kekar dan lain-lain.
clip_image002[7]

Pola aliran Kontorted

Klasifikasi lembah sungai berdasarkan pada tahapan siklus geomorfik adalah yang paling banyak dipergunakan. Penamaannya tergantung pada sifat - sifat erosinya yang berkembang pada tahapan yang berbeda - beda selama perkembangan evolusinya, dan penamaan ini tdak berhubungan dengan umur atau waktu tetapi lebih ke arah hubungan antara erosi dengan kondisi geologi dan struktur geologinya.  amanberbeda - beda unakan. ntara lain :
ga jurang akhirsebut sungai interrmitten.Berdasarkan sistem ini, lembah sungai terbagi maenjadi :
a)     Lembah sungai muda
      Cirinya :
·         Lembahnya berbentuk V
·         Erosinya vertikal sangat intensif
·         Banyak percepatan pada pola alirannya atau jeram – jeram dan air terjun.   
b)     Lembah sungai dewasa
      Cirinya :
·         Erosi lateral telah bekerja
·         Sedimentasi dan erosi mulai sebanding sehingga menghasilkan sungai yang relatif simetris.
·         Mulai memperlihatkan kelokan – kelokan dengan sudut besar.
c)     Lembah sungai tua
      Cirinya :
·         Proses sedimentasi lebih besar dari pada erosi
·         Mempunyai bentuk – bentuk yang khas seperti pola berkelok – kelok tajam
·         Adanya danau punuk sapi dan tanggul alam.
·         Penyempitan dan pelebaran tanah
·         Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba.

            Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal  terpenting adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukan adanya kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai.
Ø  Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang menerus lurus, kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan perbukitan atau sungai, dan pola aliran sungai paralel atau rektangular.
Ø  Perlipatan, umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trelis atau paralel, dan adanya bentuk-bentuk “dip-slope” yaitu suatu kontur yang rapat di bagian depan dan merenggang makin ke belakang.
Ø  Jika setiap bentuk “dip-slope “ ini diinterpretasikan untuk seluruh peta, muka sumbu-sumbu lipatan akan dapat diinterpretasikan kemudian. Pola “dip-slope” seperti ini mempunyai beberapa istilah yang mengacu pada kemiringan perlapisan.
Ø  Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular, dan kelurusan-kelurusan sungai dan bukit.
Ø  Intrusi; umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan rapat, sungai-sungai mengalir dari arah puncak dalam pola radial atau anular.
Ø  Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur yang jarang dan dibatasi oleh pola kontur yang rapat.
Ø  Ketidakselarasan bersudut, dicirikan oleh pola kontur rapat dan mempunyai kelurusan-kelurusan seperti pada pola perlipatan yang dibatasi secara tiba-tiba oleh pola kontur jarang yang mempunyai elevasi sama atau lebih tinggi.
Ø  Daerah melange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur melingkar erupa bukti-bukti dalam penyebaran yang relatif luas, terdapat beberapa pergeseran bentuk-bentuk topografi, kemungkinan juga terdapat beberapa kelurusan, dengan pola aliran sungai rektangular atau “contorded”.-daerah slump, umumnya dicirikan oleh banyaknya pola “dip-slope” dengan penyebarannya yang tidak menunjukan pola pelurusan, tetapi lebih berkesan “acak-acakan”. Pola kontur rapat juga tidak menunjukan kelurusan yang menerus, tetapi berkesan terpatah-patah.

Berdasarkan kenampakan – kenamapakan tersebut diatas dapat dilakukan pendekatan untuk mengetahui :
1. Litologi
Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat digunakan untuk membedakan :
a.       Batuan keras ( litilogi resisten )
b.      Batuan lunak ( litologi non resisten )
c.       Batuan urai ( umumnya  berupa endapan vulkanik )
d.      Batuan karbonat ( karst topografi )

     Adapun  cara – cara penafsirannya :
a.   Kontur rapat ditafsirkan sebagai batuan yang keras atau resisten.
b.   Kontur jarang atau renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak
c.   Pola kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda dengan pola kontur disekitarnya ditafsirkan sebagai batuan yang keras.
2.   Struktur Geologi
Pada dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan , sesar, dan kekar, yang dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola atau garis kontur pada peta topografi.

a. Struktur lipatan
Dapat dikatahui dengan menafsirkan kedudukan perlapisan batuannya.
*      Kedudukan lapisan batuan / kemiringan batuan pada peta topografi akan berlawanan dengan kenampakan kerapatan konturnya. Dimana lapisan miring dicirikan oleh adanya gawir-gawir terjal ( ditunjukkan dengan garis kontur yang rapat ) yang memotong lapisan dan arah kemiringan batuan tersebut dengan kemiringan landai dari topografinya ( diperlihatkan dengan punggungan yang landai ) hal ini pada peta topografi ditunjukkan dengan pola garis kontur yang renggang.
*      Kemiringan lapisan batuan tersebut dapat mempunyai arah kemiringan satu arah ( berlawanaan ), tiga arah, dan segala arah. Kemiringan satu arah disebut sayap lipatan, dua arah lipatan disebut sinklin atau antiklin, tiga arah disebut lipatan ( sinklin atau antiklin ) menujam serta kemiringan lapisan segala arah disebut dome.
*      Lapisan horizontal, dicirikan dengan permukaan yang datar dengan garis kontur yang jarang, tebing-tebing bisa terjal atau bervariasi atau berundak ( tergantung resistensi batuannya ) dengan pola kontur menyesuaikan dan relatif sama.
bisa terjal atau bervariasi ata
b. Struktur sesar
                      Ditandai dengan  :
·         Pola kontur yang panjang , lurus, dan rapat
·         Aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan mendadak serta menyimpang dari pola arah umum.
·         Jajaran triangular facet
·         Jajaran mata air
·         Perlengkungan dari perlurusan punggungan serta adanya offset morfologi.
c. Struktur kekar
Ditandai dengan adanya kelurusan gawiwr-gawsir, lembah-lembah, bukit-bukit, dan celah-celah. Sering pula dengan pola tertentu dan tidak hanya satu arah. Atau dapat pula dilihat dari pola perkembangannnya.
Dilihat dari genesisnya (kontrol utama pembentuknya ), bentuk lahan dapat dibedakan menjadi
Ø  Bentuk asal structural
Ø  Bentuk asal vulkanik
Ø  Bentuk asal fluvial
Ø  Bnetuk asal marine
Ø  Bnetuk asal pelarutan karst
Ø  Bnetuk asal Aeolen / Glasial
Ø  Bentuk asal denudasional 

a)      Bentuk Lahan Asal Struktural
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh control struktural. Pada awalnya struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan structural horizontal nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan structural masih dapat dikenali, jika penyebaran structural geologinya dapat dicerminkan dari penyebaran reliefnya.
b)      Bentuk Lahan Asal Vulkanik
Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan vulkanik. Umumnya suatu bentuk lahan volkanik pada suatu wilayah kompleks gunung api lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian, seperti : kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya dikes, slock, dan sebagainya.
c)      Bentuk Lahan Asal Fluvial
Bentukan asal fluvial berkaitan erat dengan aktifitas sungai dan air permukaan yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan jenis buangan pada daerah dataran rendah seperi lembah, ledok, dan dataran alluvial.
Proses penimbunan bersifat meratakan pada daerah-daerah ledok,
sehingga umumnya bentuk lahan asal fluvial mempunyai relief yang rata atau datar. Material penyusun satuan betuk lahan fluvial berupa hasil rombakan dan daerah perbukitan denudasional disekitarnya, berukuran halus sampai kasar, yang lazim disebut sebagai alluvial. Karena umumnya reliefnya datar dan litologi alluvial, maka kenampakan suatu bentuk lahan fluvial lebih ditekankan pada genesis yang berkaitan dengan kegiatan utama sungai yakni erosi, pengangkutan, dan penimbunan.
d)      Bentuk Lahan Asal Marine
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantungdari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
e)      Bentuk Lahan Asal Pelarutan (Karst)
Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah larut. Menurut Jennings (1971), karst adalah suatu kawasan yang mempunyai karekteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak selalu pada Batugamping, meskipun hampir semua topografi karst tersusu oleh batugamping.
f)       Bentuk Lahan Asal Glasial
Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yangb beriklim tropis ini, kecuali sedikit di Puncak Gunung Jaya Wijaya, Irian. Bentuk lahan asal glacial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
g)      Bentuk Lahan Asal Aeolean (Angin)
Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu (LOESS). Medan aeolean dapat terbentuk jika memenuhi syarat-syarat:
*       Tersedia material berukuran pasir halus-halus sampai debu dalam jumlah banyak
*       Adanya periode kering yang panjang disertai angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan tersebut.
*       Gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi atau obyek lainnya.

h)      Bentuk Lahan Asal Denudasional
Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan. Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar